Sleman - Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) Kapanewon Mlati, Saraswati, S.TP melakukan pendataan panen padi, pencatatan stok gabah dan beras sekaligus memantau harga gabah ditingkat petani. Sabtu (19/07/2021)
Menurut PPL Kapanewon Mlati bahwa bulan Juli 2021 merupakan masa panen raya MT II tahun 2021 di Kapanewon Mlati. Target panen bulan ini seluas 513 ha dengan target produktifitas 61 kw/ha GKG sehingga akan diperoleh produksi sebanyak 31.293 kwintal GKG atau 3.129, 3 ton GKG.
Beberapa petani, menyampaikan bahwa produktifitas padi tahun ini cukup tinggi dan dapat memenuhi target, hal tersebut membuat petani senang dan bersemangat.
“Saya hanya buruh bu…tapi setahu saya untuk panen musim ini cukup baik bu, saya bisa mendapat upah gabah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga” ujar seorang wanita tani dusun Bagusan.
Akan tetapi, kegembiraan tersebut berkurang mengingat masih rendahnya harga jual gabah kering panen (GKP) dan gabah kering giling (GKG) ditingkat petani.
”Harga gabahnya murah banget bu, apalagi pupuknya sulit. Mencari pupuk itu sekarang tidak mudah bu. Kami berharap bagaimana supaya pupuk mudah dan harga gabah tinggi lagi” ungkap Paiman, petani dusun Cabakan, Sumberadi.
Saat ini hasil panen petani dibeli oleh pedagang pengepul dengan rerata harga Rp. 3500 /kg GKP atau Rp. 4500/kg GKG, jauh dibawah HET Bulog yaitu Rp. 4200/kg GKP.
“Gudang saya sudah penuh bu, saya sudah tidak mampu membeli gabah hasil petani lagi bu. Stok panen MT I juga belum semuanya terjual bu. Sebetulnya saya kasihan bu kalo ada petani yang mau menjual gabah ke saya, tapi bagaimana lagi, kapasitas saya terbatas” demikian disampaikan oleh Legiyo, salah seorang pedagang pengepul gabah ditingkat petani.
Ditemui di penggilingan padi, Painten, penjual beras, mengungkapkan “Jualan beras sekarang tidak lancar seperti dulu bu, sekarang banyak bantuan beras dari pemerintah. Trus banyak warung makan dan katering yang tutup. Jadi menjual beras sekarang bisa dibilang seret bu”.
Pada saat panen raya petani sangat mengharapkan pemerintah aktif turun ke lapangan untuk memperbaiki harga jual gabah petani, agar petani di Kapanewon Mlati bisa mendapatkan keuntungan dari usaha budidayanya.
Sebagaimana diungkapkan Ashrodi, petani muda dusun Konteng yang menggarap sawah di bulak Jumeneng Lor bahwa modal usaha tani cukup besar, kalau harga jual gabahnya rendah hasilnya tidak cukup untuk menutup biaya produksi padinya. Apalagi mulai tahun ini membeli pupuk subsidi harus dengan kartu tani, sedangkan dia sendiri belum tergabung ke kelompok tani karena merupakan penggarap pengganti, menurut toko pertanian langganannya dia belum masuk ke e-RDKK sehingga tidak bisa membeli pupuk subsidi.
“Harga pupuk non subsidi ternyata mahal sekali bu. Selain itu untuk mengatasi hama penyakit juga butuh pestisida yang harganya juga mahal” curhat Ashrodi pada PPL.
Dimasa pandemi covid 19 ini pertanian merupakan sector utama yang menopang perekonomian dan menjadi salah satu sector usaha yang tetap tumbuh positif. Peran utama sektor pertanian sebagai penyedia pangan bagi masyarakat, dimana pangan yang cukup jumlah dan gizinya sangat penting dalam upaya pemulihan kesehatan. Terwujudnya ketahanan pangan dan pertumbuhan ekonomi yang positif merupakan kontribusi petani dan sudah selayaknya mendapat apresiasi dengan memfasilitasi mendapatkan pupuk subsidi dan menyerap gabah petani.
BUPATI SLEMAN PANEN CABAI DI DEMPLOT SL BUDIDAYA CABAI DANA KALURAHAN SUMBERADI
PROFIL KELOMPOK TERNAK NGUDI MULYO PADUKUHAN JUMENENG KIDUL, KALURAHAN SUMBERADI, KAPANEWON MLATI KABUPATEN SLEMAN TAHUN 2021
Teknologi Budidaya Bawang Merah
Balai Penyuluhan Pertanian di Era Modernisasi Revolusi Industri