Detil Artikel

Balai Penyuluhan Pertanian di Era Modernisasi Revolusi Industri Dibuat pada 2019-09-22 00:22:08 Oleh : Saraswati

Oleh: Saraswati,  S. TP

PPL pada UPTD BP4 Wilayah III 

Kabupaten Sleman,  DIY. 

“Soal Pangan adalah Soal Hidup Matinya Suatu Bangsa” (Bung Karno)

Kenyataannya, segudang masalah yang dihadapi dalam upaya mewujudkan kedaulatan pangan dimasa kini. Sebagai penentu hidup matinya suatu bangsa, soal pangan sudah selayaknya mendapat prioritas utama dalam perencanaan pembangunan nasional. Visi “Indonesia Lumbung Pangan Dunia Tahun 2045” juga harus didukung dengan perencanaan pembangunan sumber daya manusia serta sumber daya lainnya (daya dukung sarana dan prasarana,  anggaran yang berpihak pada upaya pencapaian visi, serta aspek inovasi serta teknologi dibidang pertanian).

Berdasarkan hasil analisa identifikasi permasalahan bidang pertanian di wilayah binaan saat ini,  ada beberapa masalah utama bidang pertanian dan pangan saat ini:

1. Laju alih fungsi lahan yang cukup pesat mengakibatkan berkurangnya lahan pertanian produktif, sehingga secara signifikan menurunkan angka produksi

2. Jumlah penduduk yang semakin meningkat,  yang berarti kebutuhan pangan juga meningkat. 

3. Jumlah petani semakin menurun, sebagai dampak alih fungsi lahan, meninggal dunia atau beralih ke sektor usaha lainnya. 

4. Generasi muda dibidang pertanian masih sangat sedikit,  hanya sekitar 15% dari daftar petani di RDKK yang usianya < 45 tahun. 

5. Kesuburan lahan semakin menurun serta serangan hama penyakit yang kian beragam. 

6. Menurunnya ketersediaan air dan masih rendahnya upaya menjaga sumber daya air.

7. Rendahnya petani yang berorientasi agribisnis, sebagian memproduksi untuk memenuhi kebutuhan keluarga. 

8. Kepemilikan lahan yang relatif sempit berkisar antara 500-1000 meter persegi per petani, jika di analisa usaha untuk budidaya tanaman pangan masih tidak menguntungkan. 

9. Tenaga kerja di bidang pertanian semakin berkurang dan biaya jasanya sangat tinggi sehingga signifikan menambah biaya produksi dan menurunkan keuntungan.

10. Alat mesin pertanian untuk kegiatan on farm dan off farm masih sangat terbatas. 

11. Pertanian belum bisa menjanjikan kesejahteraan bagi petani,  masih melekat Image bahwa petani adalah golongan masyarakat bawah dan miskin. 

 

Penyuluh pertanian sebagai ujung tombak sistem penyuluhan pertanian dituntut untuk bisa menjadi solusi permasalahan permasalahan pertanian dilevel dasar. Penyuluh harus peka menyerap aspirasi dan mampu memberikan solusi. Tentu tugas berat itu tidak dapat diemban sendiri tetapi dengan adanya Balai Penyuluhan Pertanian sebagai markas bagi penyuluh-penyuluh dalam membahas permasalahan dan menyusun strategi untuk upaya pemecahan masalah. Oleh karenanya Balai Penyuluhan pertanian sebagai garda terdepan lembaga penyuluhan pertanian harus bisa menjadi kawah candradimuka bagi penyuluh.  Tempat menggembleng kompetensi,  kapabilitas dan integritas dalam melaksanakan kegiatan penyuluhan. BPP yang telah mampu menempa penyuluh menjadi penyuluh bermutu dan profesional tentunya akan dapat memberikan solusi bagi petani di wilayah binaan.

 

Seorang penyuluh pertanian juga harus mampu membina hubungan dengan instansi lintas sektoral karena permasalahan pertanian juga berkaitan dengan bidang/sektor lain. 

Tidak hanya pada kendala teknis budidaya atau sarana prasarana saja tetapi juga kebijakan dan permasalahan sosial.  Kebijakan terkait alih fungsi lahan, pemetaan lahan desa,  anggaran bidang pertanian dari dana desa, pembentukan lembaga petani ditingkat desa, dll. 

Untuk permasalahan sosial dan ekonomi ditingkat kecamatan, balai penyuluhan harus bekerja sama dengan instansi serta BPP senantiasa terlibat dalam kegiatan lintas sektoral bersama pemerintah desa atau kecamatan,  koramil,  polsek, Puskesmas, KUA dll. 

 

BPP merupakan tempat pertemuan pelaku utama dan pelaku usaha dalam mengakses informasi,  teknologi dan pasar. Fasilitas yang ada di BPP harus memadai dalam rangka memfasilitasi terbentuknya komunikasi dan kerjsama antara pelaku utama dan pelaku usaha. 

Usaha budidaya pertanian harus berorientasi pada bisnis, pada ekonomi,pada keuntungan dan muaranya dapat mensejahterakan petani. Tugas penyuluhan pertanian juga memberi semangat kepada pelaku utama agar dalam budidaya pertanian meningkat orientasinya menjadi agribisnis. Balai Penyuluhan juga harus dapat menghubungkan pelaku utama dan pelaku usaha sehingga terjalin kerjasama yang saling menguntungkan.

 

Meningkatnya jumlah penduduk dan kebutuhan pangan harus selalu dipenuhi agar bangsa ini tetap berdaulat dan tidak tergantung pada impor pangan. Sedangkan disisi lain jumlah luas lahan produktif terus saja menurun.  Upaya pencegahan alih fungsi lahan sulit dilakukan karena berkaitan dengan kebijakan pembangunan masing masing daerah (rencana tata ruang wilayah dan otonomi daerah) , kebutuhan pangan juga meningkat seiring laju pertumbuhan penduduk. Inovasi teknologi sangat dibutuhkan agar produksi dapat terjamin dengan kondisi lahan pertanian yang terus menurun. BPP sebagai rujukan petani dalam mengadopsi teknologi dibidang pertanian, sudah sewajibnya menjadi wahana tempat petani menimba ilmu mengenai inovasi teknologi budidaya pertanian lahan sempit yang menguntungkan. Permasalahan sempitnya  kepemilikan lahan yang belum bisa memberi keuntungan juga merupakan salah satu sebab meningkatnya laju alih fungsi lahan ditambah lagi dengan pajak bagi lahan pertanian yang dirasa memberatkan oleh petani, pajak yang tinggi membuat keuntungan usaha budidaya pertanian menjadi semakin kecil. Jadi persoalan alih fungsi lahan,  produksi,  produktivitas, keuntungan usaha,  dan pajak terikat seperti lingkaran setan yang saling berdampak. 

 

Karena sedemikian kompleksnya permasalahan pertanian membuat generasi muda melihat bahwa tidak ada gambaran nyata masa depan yang cerah jika terjun di dunia pertanian. Yang terkesan justru petani dan pertanian identik dengan kotor, susah, miskin,  terbelakang,  dan sengsara. Pertanian adalah lahan mata pencaharian bagi orang-orang yang tidak diterima bekerja di sektor lain. 

BPP dan penyuluh harus berupaya keras mengajak pemuda agar tertarik dan mengenal dunja pertanian.

Sebagian besar (85%) petani berusia diatas 45 tahun , jika Visi Indonesia Lumbung Pangan Dunia pada tahun 2045 maka generasi petani kita yang eksisi saat ini mungkin pada tahun tersebut sudah sangat sedikit. Oleh karenanya mencetak generasi muda pertanian adalah suatu kewajiban demi pertanian Indonesia yang lestari dan berkelanjutan serta terwujud Indonesia Lumbung Pangan Dunia 2045.

 

Salah satu kendala pembinaan generasi muda yaitu pada saat diadakan pertemuan dan pembinaan di tingkat kelompok tani atau kunjungan, mereka juga sudah bekerja disektor usaha lainnya. Komunikasi secara tatap muka sulit dilakukan,  tetapi komunikasi, konsultasi dan pembinaan dapat dilakukan dengan media handphone. Komunikasi menjadi lebih cepat dan efektif tanpa harus menempuh jarak, tanpa birokrasi dan tanpa memangkas waktu bekerja mereka. BPP juga harus dapat memberikan alternatif budidaya pertanian bagi pemula/pemuda yang ingin memanfaatkan waktu luangnya disela sela sebelum berangkat kerja,  pulang kerja dan pada hari libur. Pada budidaya hortikultura penyuluh dapat mengenalkan teknologi irigasi tetes agar tidak repot menyiram,  pada bidang peternakan misalnya dengan Teknologi pakan olahan bagi ternak sapi sehingga peternak tidak harus mencari pakan tiap hari, pada bidang ketahanan pangan misalnya inovasi teknologi pemanfaatan pekarangan yang betul-betul dapat memberi manfaat tidak hanya pada ketersediaan pangan rumah tangga tapi juga meningkat kan ekonomi rumah tangga, serta inovasi teknologi lainnya. 

Kesemuanya itu idealnya ada di dalam sebuah balai penyuluhan.  Ketika petani hendak mencari dimana contoh suatu inovasi teknologi,  tidak perlu jauh jauh harus ke BPTP provinsi tetapi ada dan dekat di Balai penyuluhan. 

Maka sudah selayaknya BPP juga dilengkapi dengan berbagai fasilitas pendukung kegiatan inovasi teknologi,  semisal laboratorium pengolahan pangan, laboratorium pakan ternak beserta kandang percontohan, laboratorium untuk pengembangan inovasi budidaya,  laboratorium alat mesin,  dsb. 

 

Pengenalan pendidikan pertanian sejak usia dini perlu dilakukan untuk membentuk generasi muda pertanian dimasa yang akan datang. 

Pada level remaja dimana hampir 24 jam waktunya terkoneksi dengan internet, maka penyuluhan dengan memanfaatkan internet sangat perlu dilakukan.  

Bagaimana kita bisa menanamkan bahwa pertanian juga bisa memberikan masa depan yang cerah bagi pemuda melalui apa yang ada digenggaman mereka yaitu gadget. 

Maka sebuah BPP layaknya memiliki kemampuan menyusun materi penyuluhan, membuat media penyuluhan  serta mewartakan keberhasilan pembangunan pertanian yang dapat menggugah minat mereka untuk mengenal pertanian. Jika kita tidak pernah ada di gadget mereka, tentu sulit berharap dan salah kita jika menuntut mereka mengenal dan mencintai pertanian. Oleh karenanya kita hendaknya berusaha agar pertanian muncul di mesin pencari Google mereka atau bahkan hingga muncul pop-up “pertanian” di gadget mereka. 

Bukan tidak mungkin kedepan kegiatan diskusi dan penyuluhan pertanian dapat dilakukan secara virtual sebagaimana kegiatan webinar. Pertemuan secara konvensional membutuhkan banyak biaya dan waktunya dibatasi,  tetapi dengan terbentuknya kelompok diskusi secara virtual memungkinkan konsultasi, dialog dan diskusi dapat dilakukan tanpa terikat ruang dan waktu. Sebagai gambaran pembanding untuk satu  kali kegiatan pertemuan dengan jumlah peserta 30 orang rata-rata biaya yang dibutuhkan sekitar satu juta rupiah.  Tetapi dengan memanfaatkan kita bisa sangat menghemat anggaran karena tidak perlu ada biaya konsumsi sandera ruangan.

Salah satu sebab generasi muda menghindari dunia pertanian adalah kesan kotor, berlumpur dan pepanasan. Karenanya saat ini sulit untuk mencari pemuda yang mau menjadi tenaga kerja di bidang pertanian. Kalopun ada itu pun dengan patokan tarif yang mahal.  Di wilayah kecamatan Mlati sudah sangat sulit mencari tukang tanam, bahkan hingga “impor” dari kecamatan lain. Keberadaan alat mesin pertanian yang memadai sangat membantu mengatasi terbatasnya tenaga kerja pertanian.  Selain itu, juga dapat menarik minat generasi muda,  karena dengan memanfaatkan alat mesin pertanian kegiatan budidaya menjadi lebih cepat,  efisien,  dan terkesan modern serta keren. 

Balai Penyuluhan Pertanian ideal mungkin yang dapat menjadj pusat pembelajaran pelaku utama dan pelaku usaha agar berhasil dalam usahataninya. BPP menjadi solusi bagi semua kalangan, tetap membina petani senior, mendampingi petanj muda dan memotivasi generasi muda agar tertarik ke bidang pertanian.  BPP juga harus memiliki peran lada kegiatan lintas sektoral serta dapat memberi masukan dan pertimbangan kepada para pemangku kebijakan. 

Tentunya impian sebuah balai penyuluhan yang ideal menuntut perjuangan keras dan alokasi pembiayaan yang tidak sedikit,  tapi jika kita kembali mengingat bahwa soal hidup matinya suatu bangsa, maka sebanyak apa pun biaya untuk menjaga kelangsungan hidup suatu bangsa adalah harga yang pantas dibayar dan harus diupayakan.